Thursday, November 24, 2016

FLASHBACK DIKIT : PASUKAN M TKR LAUT BERMAIN DENGAN MAUT DEMI NUSA DAN BANGSA Part 4

BAB 2
Pasukan M di Jawa 1946-1950

                Pada pertengahan bulan Juli 1946, sesudah penyergapan oleh tentara Belanda di jalan setapak pinggir hutan di dekat desa Pulukan, Ketut Soebagio lolos dari maut dan berhasil menyeberang ke pulau Jawa. Sesampai di Jawa, ia langsung bergabung dengan sisa Pas M yang masih ada di Sukowidi, Banyuwangi. Ia terus mengikuti Pas M sampai pasukan itu bubar pada tahun 1951. Makai a dapat menyampaikan kisah perjuangan Pas M di pulau Jawa dari tahun 1946 sampai dengan tahun 1950 sebagai berikut.
                Pada bulan Juli 1946, Pas M yang ada di basis Sukowidi kekuatannya tinggal beberapa orang anggota staf dan sepasukan kecil di bawah komando kepala staf Pas M, Kapten Yakub Kartodihardjo. Karena Pas M yang ada di Bali , yang kekuatannya hamper dua kompi, tidak dapat diharapkan kembali ke Jawa dalam waktu singkat, maka diadakan rekrutmen baru sehingga pasukan berkekuatan tiga kompi atau satu battalion. Di antara rekrut baru itu terdapat sejumlah pemuda yang berasal dari yang waktu itu disebut ‘Sunda Kecil’ (NTT dan NTB) dan beberapa dari Maluku.
                Batalion baru yang, sesuai dengan perkembangan organisasi kentetaraan, kemudian disebut ALRI Sunda Kecil Armada V, dan sesudah itu Tentara Laut RI Kesatuan VII, tetap saja dikenal sebagai Pasukan M dan tetap di bawah Mayor (waktu di Bali masih berpangkat Kapten) Markadi, yang pada bulan Agustus 1946 berhasil kembali ke Jawa.
                Sementara itu Belanda makin mengintensifkan patroli di Selat Bali dengan menggunakan kapal-kapal patroli dan sesekali diperkuat dengan kapal perang, seperti fregat ‘Kortenaer’ dan kapal selam ‘Tijgerhaai’. Pas M yang di Muncar dan Tanjung Sembulungan (sebelah selatan Banyuwangi) tidak tinggal diam. Sering mereka menembaki kapal-kapal perang Belanda dengan meriam pesisir yang dipasang di Sembulungan. Ada fregat yang terkena lambungnya, dan tatkala moncong meriam diarahkan ke Gilimanuk, terjadilah kebakaran di tempat itu, dan pesawat amphibi tenggelam.
                Mungkin guna menjajagi kesiap-siagaan kita, Belanda pernah mengadakan raid dengan mendaratkan satu regu pasukan di Wongsoredjo, sebelah utara Banyuwangi. Pendaratan tersebut segera diketahui, dan diadakan pengejaran. Pasukan Belanda tersebut bergegas mundur tanpa sempat terlibat kontak senjata.

Clash 1

                Pada malam hari tanggal 20 Juli 1947, Kepala Staf TLRI Kesatuan VII, Kapten Yakub Kartodihardjo, mendapat laporan dari Bagian Radiotelegrafi bahwa telah diperoleh berita dari pangkalan AL Probolinggo, bahwa ada iring-iringan kapal perang Belanda menuju ke arah timur.
                Menjelang fajar sejumlah besar kapal perang musuh sudah siaga di Selat Bali. Segera mereka memuntahkan tembakan artileri dan senjata berat lainnya dengan amat gencarnya ke arah pos-pos Pas M, terutama Sukowidi, dan pos-pos pasukan lainnya di sepanjang pantai sampai beberapa jam. Mayor Markadi saat itu sedang di Yogyakarta menghadiri rapat komandan-komandan battalion ke atas.
                Pos-pos Pas M di sepanjang pantai Banyuwangi mengadakan tembakan balasan sehingga terjadi duel seru. Setelah dua kali gagal untuk mendarat di sekitar Sukowidi, karena tembakan-tembakan gencar dari Pas M, musuh akhirnya berhasil mendarat di Ketapang dan Watudodol (sebelah utara Banyuwangi).
                Sebelum mendarat, dua pesawat Mustang menembaki kedudukan Pas M di Sukowidi dan markas Pas M di Hotel Baru. Tak seberapa lama setelah Ketapang jatuh, musuh terus bergerak ke Sukowidi yang waktu itu dipertahankan oleh Kompi Matsari. Tembak-menembak berlangsung sampai menjelang sore. Pasukan-pasukan Belanda lainnya mengalir dari utara didahului oleh satuan kavaleri yang terdiri dari tank-tank besar dan kendaraan-kendaraan lapis baja lainnya. Pada semua kendaraan terdapat tulisan dengan huruf besar: ‘NAAR ROGDJAMPI’.
                Pada saat konvoi lapis baja musuh akan melewati Sukowidi, Sersan Lawalata, anggota Field Security (dahulu disebut Combat Intelligence Section) mencoba menghadang dengan memasang bom di simpang tiga Sukowidi. Sersan Lawalata gugur.
                Setelah musuh tiba, kompi Matsari baru dapat meloloskan diri dari kepungan musuh, menyelinap dalam kelompok-kelompok kecil ke arah pegunungan di barat, dan menyebar di perkebunan-perkebunan. Begitu juga kompi Buladi menyelinap ke barat sesudah Rogojampi direbut musuh. Kompi Sudarman baru tanggal 22 Juli meninggalkan Sukoredjo dalam kelompok-kelompok kecil, dan menyebr ke bukit-bukit di barat. Kapten Yakub, Kepala Staf TLRI Kesatuan VII/Pas M, yang mendirikan pos komando di Arjasa, sebelah utara Jember, dengan bantuan rakyat  berhasil menghubungi kelompok-kelompok Pas M yang tersebar di sekitar Gunung Ijen dan di daerah pantai selatan, dan menginstruksikan mereka untuk berupaya mencapai daerah yang masih dikuasai RI.
                Setelah berhasil melewati celah-celah kedudukan musuh, kelompok-kelompok Pas M sampai di Kepanjen, terus naik ke lereng-lereng Gunung Kawi sebelah timur dan utara, kemudian menuju ke desa-desa Gendogo, Precet, Maduarjo. Mayor Markadi, komandan TLRI Kesatuan VII, ternyata menjabat sebagai Komandan Sektor Pertempuran daerah itu, sehingga Pas M dapat terkonsolidasi dan utuh kembali. Dengn demikian operasi-operasi dapat dilakukan  secara lebih efektif. Kontak senjata sering terjadi antara pos-pos depan kita dan patroli Belanda. Di Kenongo, Pas M berhasil menyergap pos musuh, dan merampas metraliyur berat kaliber 12,7.
                Pada pertengahan tahun 1948, akibat Perjanjian Renville, diadakan gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda, dan ditetapkan garis demarkasi. Induk Pas M ditempatkan di Ngebruk, Malang Selatan, kemudian dipindahkan ke Wlingi, sebelah tenggara Kediri. Pas M/TLRI Kesatuan VII diberi tugas memegang komando Sektor Perkebunan Kawi Selatan, maka sebagian pasukan dipindahkan ke Gogoniti, suatu perkebunan kopi, di bawah komando Lettu K. Soebagio.

Penumpasan PKI

                Pada tanggal 18 September 1948 timbullah pemberontakan PKI yang dimulai dari Madiun. Guna menanggulangi dan menumpas PKI serta ormas-ormasnya, di Wlingi segera di bentuk Komando Gabungan Angkatan Perang di bawah pimpinan Mayor Markadi, yang membawahi pasukan-pasukan AD dan AL di daerah kawedanan Wlingi. Segera dilancarkan operasi-operasi kilat, terutama di Malang Selatan, Wlingi Selatan dan Blitar Selatan, yang merupakan daerah-daerah tandus yang didominasi PKI. Berkat siasat yang menggunakan pendadakan, desepsi, pemyergapan dan persuasi, akhirnya gembong-gembong PKI, sepertii Cokro Bagong, menyerah.
                Selesai operasi penumpasan PKI di Wlingi pada bulan November 1948, Pas M diperintahkan ke Nganjuk untuk membantu menahan rembesan PKI dari Madiun. Yang di Wlingi tinggal bagian Persenjataan dan sejumlah kecil pasukan di bawah Letda Sutedjo.

Clash 2

                Sebulan Sebelum pecahnya Aksi Militer Belanda II atau Clash II pada bulan Desember 1948, sekelompok anggota Pas M yang tertangkap dan ditawan Belanda di Bali sebagai tawanan perang dilepaskan di Malang Selatan dalam rangka pertukaran tawanan antara RI dan Belanda. Jumlah kelompok itu 97 orang. Setiba mereka di daerah RI, mereka langsung menggabung kembali dengan Pasukan M, dan merasa bahagia karena mereka masih ‘kebagian’ revolusi.
                Pada bulan-bulan akhir tahun 1948 itu, Angkatan Perang RI sedang giat-giatnya direkonstruksi dan dirasionalisasi, tak terkecuali Pas M/TLRI Kesatuan VII. Tetapi belum sampai Rekonstruksi itu tuntas, Belanda sudah mulai melancarkan serangan besar-besaran pada tanggal 19 Desember 1948, yang dikenal sebagai Aksi Militer Belanda II.
                Pas M yang waktu itu bertugas di Nganjuk segera bergerak kembali ke basisnya di Wlingi, dengan menggunakan kereta api ke Kediri, kemudian ke Blitar, selanjutnya ke Wlingi dengan lokomotif di belakang, menyongsong musuh yang bergerak dari Malang menuju Wlingi. Kedatngan Pas M di Wlingi hampir bersamaan waktunya dengan kedatangan satuan-satuan militer Belanda yang sangat besar jumlahnya di tempat itu. Untuk menghindari clash yang tidak seimbang, Pas M naik ke lereng-lereng Gunung Kawi Selatan, dan di sana mengadakan konsolidasi.
                Suatu peristiwa yang cukup penting bagi Pas M/TLRI Kesatuan VII ialah bahwa sesuai dengan rekonstruksi dan rasionalisasi oleh Pemerintah, Pas M dialihkan dari AL ke AD, dan menjadi Batalion Expeditie Troep Sunda Kecil (ETSK) Korps Reserve Umum (KRU) X Brigade XVI. Namun apapun perubahan formal yang dialaminya, nama dan jiwa Pas M tetap melekat pada pasukan itu. Pas M/ETSK diserahi penguasaan atas wilayah luas dari Gunung Kawi Utara yang bergunung-gunung sampai ke tanah datar di selatan yang berbatasan Kali Brantas
               
                Perang kemerdekaan kini memasuki tahap baru, karena semua kota di Jawa dan Sumatra telah diduduki musuh. Dengan demikian tentara RI hanya menguasai kantong-kantong wilayah yang digunakan sebagai pangkalan-pangkalan perang gerilya. Di wilayah kekuasaannya, Pas M mempersiapkan rakyat, terutama pemudanya, untuk berjuang bahu-membahu dengan pasukan. Juga lumbung-lumbung pangan rahasia didirikan di tempat-tempat strategis. Letda Soemartono menangani segi logistik ini.
                Selama clash 2 jalan besar yang membelah Sektor Pas M antara Wlingi dan Kesamben dikuasai Pas M, sehingga pasukan Belanda yang di Wlingi logistiknya terpaksa dipasok lewat udara (didrop dari pesawat Dakota) atau lewat darat dari Blitar dengan Kawalan panser yang kuat.
                Pada bulan Januari 1949, Mayor Markadi memerintahkan Lettu K. Soebagio, dengan dibantu oleh Bung Hasyim dan Bung Harsono (kedua-duanya ex perwira Jepang), untuk menghancurkan semua jembatan di daerah Wlingi.
                Serangan-serangan terhadap posisi-posisi musuh dilakukan siang dan malam, sehingga musuh selalu merasa tidak aman dan was-was. Berulang kali musuh melakukan operasi-operasi yang cukup besar, dengan menyusup ke daerah Pas M lebih dalam, dan selalu terjadi perlawanan sengit dengan disertai pergeseran kilat ke posisi-posisi lain yang sulit diduga oleh musuh.
                Dengan tersebarnya kantong-kantong gerilya di mana-mana, Belanda kekurangan personel guna menghadapinya. Inisiatif selalu ada di pihak gerilyawan, yang dapat melakukan serangan hit and run kapan pun dan di mana pun. Keadaan ini, dan lebih-lebih setelah operasi besar-besaran yang menggunakan segala  macam senjata, termasuk pesawat-pesawat Mustang, tidak mampu menghancurkan Pas M, Belanda begitu jengkel dan frustasi sehingga dalam surartnya kepada komandan Pas M, Komandan tentara Belanda di Wlingi menulis: “Meen niet dat U daar in de Kawie zo veilig zit.’ (Jangan kira, Anda di Kawi begitu aman).
                Pada bulan Agustus 1949, sebagai tindak-lanjut Perjanjian Renville, diperintahkan penghentian tembak-menembak di semua medan. Tak terkecuali di Kawi Selatan diadakan gencatan senjata, dan penentuan garis demarkasi.

Pas M Bubar

                Pada rekonstruksi TNI tahun 1949/1950, Pas M/ETSK Brig XVI menjadi Kompi D28 TNI AD Jawa Timur, dan kemudian menjadi Kompi 49, TNI Divisi I berkedudukan di Paiton, Jawa Timur (dinamakan ‘kompi’ meskipun kenyataannya terdiri atas dua kompi).
                Tahun 1951 dapat disebut tahun berakhirnya Pas M sebagai pasukan karena anggota-anggotanya disebar, ada yang menjadi satu kompi dalam Batalion 509 Resimen 19 Divisi I Brawijaya, satu kompi dalam Batalion 527 Resimen 18 Divisi I Brawijaya, sebagian kembali ke AL dan AU, ada yang kembali ke bangku sekolah, dan selebihnya ditampung dalam Corps Tjadangan Nasional (CTN).

                Meskipun secara fisik Pas M telah bubar, jiwa korps masih tetap terpelihara hingga saat ini, seperti yang dimanifestasikan dalam ‘Yayasan Lembah Merdeka Sakti’ dan pertempuran tahunan semua ex-anggota Pasukan M di Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Cekik, Bali Barat, setiap tanggal 4 April, yaitu  tanggal terjadinya pertempuran laut pertama dalam sejarah Republik Indonesia. Pelaku Pertempuran laut itu ialah Pasukan M.

gimana nih part 4 nya ? semoga makin seru sih and mohon kesabaran nya untuk part 5

No comments:

Post a Comment