Postscript
Jumlah anggota Pasukan M/MGGSK
yang diketahui telah gugur di Bali berjumlah 95 orang. Yang belum diketahui
tentu masih ada walaupun jumlahnya tidak banyak.
Jumlah yang tertawan musuh di
Bali kurang-lebih sama dengan yang gugur. Mereka kebanyakan ditawan di tangsi
Negara. Mula-mula mereka diberi status veroordeelden
(V) atau ‘hukuman’, tetapi berkat upaya beberapa anggota CIS (Termasuk
kakek eug juga yang karna bisa Bahasa Belanda wkwk) yang ikut tertawan, status
itu diubah menjadi krijgsgevangenen (KG) atau
‘tawanan perang’.
Pun anggota CIS itu berhasil
menjaga semangat perjuangan semua tawanan, yang tentu tidak dikehendaki
Belanda. Keadaan di tawanan kemudian sedemikian rupa sehingga Belanda merasa
perlu memisahkan anggota-anggota CIS dari tawanan-tawanan lainnya. Mereka
dipindahkan ke tangsi-tangsi Mengwi, Klungkung dan Karangasem.
Dalam rangka pertukaran tawanan
dengan Belanda (sesudah Perjanjian Renville), semua tawanan Pasukan M/MGGSK
diangkut ke penjara Kalisosok, Surabaya, dan pada bulan November 1948 mereka
dilepaskan di garis demarkasi Pakisaji di sebelah selatan Malang. Mereka
selanjutnya kembali ke kesatuan-kesatuan mereka masing-masing untuk mengangkat
senjata lagi bulan berikutnya dengan pecahnya Aksi Militer II (Agresi Militer
Belanda ke 2) yang dilancarkan Belanda.
Pada tahun 1985, tatkala semua
anggota Pasukan M/MGGSK sudah pensiun, mulai diadakan reuni berkala para
anggota tersebut. Dalam salah satu pertemuan diputuskan untuk membentuk yayasan
yang bernama Yayasan Lembah Merdeka Sakti yang bertujuan utama melanjutkan
perjuangan dengan mendidik generasi muda, dan selain itu juga bertujuan saling
membantu demi kesejahteraan masing-masing anggota yang semuanya sudah menginjak
usia senja.
Juga diputuskan untuk membangun
Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Cekik, Bali Barat, untuk menghormati
dan memperingati kawan-kawan seperjuangan yang telah gugur dalam perjuangan
menegakkan Republik Indonesia khususnya di Bali. Monumen itu juga berfungsi
sebagai sarana pendidikan bagi generasi-generasi penerus sehingga mereka tidak
lupa bahwa kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini adalah hasil darah dan
doa pemuda Angkatan 95, dan bahwa merupakan kewajiban generasi muda sekarang
dan hari depan untuk mewarisi semangat juang ini demi pembangunan nusa dan
bangsa. Monumen ini juga berfungsi sebagai ‘titik-temu’ para anggota Pasukan
M/MGGSK setahun sekali, yaitu setiap tanggal 4 April. Benar bahwa jumlah anggota-nya
makin lama makin menyusut karena memang sudah waktunya satu demi satu dipanggil
Sang Pencipta untuk menyusul teman-teman seperjuangan yang telah mendahului
mereka.
Monumen Operasi Lintas Laut
Jawa-Bali ini diresmikan pada tanggal 4 April 1988 oleh Kepala Staf Angkatan
Laut Laksamana Kasenda atas nama Panglima Angkatan Bersenjata.
No comments:
Post a Comment