Tuesday, March 7, 2017

FLASHBACK DIKIT : PASUKAN M TKR LAUT BERMAIN DENGAN MAUT DEMI NUSA DAN BANGSA Part 7 THE END

Postscript

                Jumlah anggota Pasukan M/MGGSK yang diketahui telah gugur di Bali berjumlah 95 orang. Yang belum diketahui tentu masih ada walaupun jumlahnya tidak banyak.

                Jumlah yang tertawan musuh di Bali kurang-lebih sama dengan yang gugur. Mereka kebanyakan ditawan di tangsi Negara. Mula-mula mereka diberi status veroordeelden (V) atau ‘hukuman’, tetapi berkat upaya beberapa anggota CIS (Termasuk kakek eug juga yang karna bisa Bahasa Belanda wkwk) yang ikut tertawan, status itu diubah menjadi krijgsgevangenen (KG) atau ‘tawanan perang’.

                Pun anggota CIS itu berhasil menjaga semangat perjuangan semua tawanan, yang tentu tidak dikehendaki Belanda. Keadaan di tawanan kemudian sedemikian rupa sehingga Belanda merasa perlu memisahkan anggota-anggota CIS dari tawanan-tawanan lainnya. Mereka dipindahkan ke tangsi-tangsi Mengwi, Klungkung dan Karangasem.

                Dalam rangka pertukaran tawanan dengan Belanda (sesudah Perjanjian Renville), semua tawanan Pasukan M/MGGSK diangkut ke penjara Kalisosok, Surabaya, dan pada bulan November 1948 mereka dilepaskan di garis demarkasi Pakisaji di sebelah selatan Malang. Mereka selanjutnya kembali ke kesatuan-kesatuan mereka masing-masing untuk mengangkat senjata lagi bulan berikutnya dengan pecahnya Aksi Militer II (Agresi Militer Belanda ke 2) yang dilancarkan Belanda.

                Pada tahun 1985, tatkala semua anggota Pasukan M/MGGSK sudah pensiun, mulai diadakan reuni berkala para anggota tersebut. Dalam salah satu pertemuan diputuskan untuk membentuk yayasan yang bernama Yayasan Lembah Merdeka Sakti yang bertujuan utama melanjutkan perjuangan dengan mendidik generasi muda, dan selain itu juga bertujuan saling membantu demi kesejahteraan masing-masing anggota yang semuanya sudah menginjak usia senja.

                Juga diputuskan untuk membangun Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Cekik, Bali Barat, untuk menghormati dan memperingati kawan-kawan seperjuangan yang telah gugur dalam perjuangan menegakkan Republik Indonesia khususnya di Bali. Monumen itu juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi generasi-generasi penerus sehingga mereka tidak lupa bahwa kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini adalah hasil darah dan doa pemuda Angkatan 95, dan bahwa merupakan kewajiban generasi muda sekarang dan hari depan untuk mewarisi semangat juang ini demi pembangunan nusa dan bangsa. Monumen ini juga berfungsi sebagai ‘titik-temu’ para anggota Pasukan M/MGGSK setahun sekali, yaitu setiap tanggal 4 April. Benar bahwa jumlah anggota-nya makin lama makin menyusut karena memang sudah waktunya satu demi satu dipanggil Sang Pencipta untuk menyusul teman-teman seperjuangan yang telah mendahului mereka.


                Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali ini diresmikan pada tanggal 4 April 1988 oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Kasenda atas nama Panglima Angkatan Bersenjata.